Yellow Bourbon

Origin: Java
100% arabica coffee
Variety: yellow bourbon
Tasting notes: orange peel, citrus hint, berry hint, cinnamon, medium body
Process:

Cianjur

Origin: Cianjur, West Java
100% arabica coffee
Tasting notes:
Process: Washed

Intermezo: Cerita rakyat tentang asal mula Cianjur.

Alkisah, dahulu kala di daerah Jawa Barat hiduplah seorang lelaki kaya raya. Ia adalah pemilik seluruh sawah dan ladang di desanya. Seluruh penduduk desa hanya menjadi buruh tani penggarap sawah dan ladang si lelaki tuan tanah. Ia dikenal sebagai orang kikir. Penduduk desa memanggilnya dengan julukan Pak Kikir. 
Bahkan terhadap anak lelaki satu-satunya pun dia tetap bersikap pelit. Untunglah sifat kikirnya tidak menular pada anak lelakinya. Anak Pak Kikir memiliki watak baik hati. Sering dia membantu tetangganya yang kesusahan. Tentu saja tanpa sepengetahuan ayahnya.

Konon, menurut anggapan dan kepercayaan masyarakat di desa, jika kita menginginkan hasil panen yang baik dan melimpah, maka kita harus mengadakan pesta syukuran. Karena merasa takut jika panen berikutnya gagal, maka Pak Kikir terpaksa mengadakan pesta syukuran. Semua warga desa diundang oleh Pak Kikir untuk menghadiri syukuran. Penduduk desa merasa gembira dengan undangan Pak Kikir. Mereka mengira akan mendapatkan makanan enak dalam acara selamatan itu. Ternyata perkiraan mereka meleset. 
Pak Kikir hanya menyediakan hidangan ala kadarnya, itupun tidak cukup untuk menjamu seluruh tamu undangan. Banyak diantara undangan yang tidak mendapat makanan. Mereka akhirnya hanya dapat mengelus dada atas sikap Pak Kikir. ”Memang keterlaluan Pak Kikir. Mengundang orang tapi menyediakan makanan tidak cukup dan tidak layak, sungguh keterlaluan, buat apa hartanya yang segudang itu?” kata seorang warga. ”Tuhan tidak akan memberikan berkah pada hartanya yang banyak itu.” sambung warga lainnya. Demikianlah pergunjingan dari warga yang hadir pada acara selamatan yang diadakan Pak Kikir. Pada saat pesta selamatan sedang berlangsung, tiba-tiba datanglah seorang nenek tua renta meminta sedekah pada Pak Kikir. ”Tuan… berilah saya sedekah, walau hanya dengan sesuap nasi.” seorang nenek tua mengiba. ”Apa sedekah? Enak sekali kamu tinggal minta sedekah. Untuk mengumpulkan semua hartaku, aku harus berkerja keras, kamu mengerti tidak?” bentak Pak Kikir. ”Berilah saya sedikit saja dari harta tuan. Harta milik tuan kan berlimpah ruah.” kata si nenek tua. “Enak saja. Tidak mau! Cepat pergi dari sini, kalau tidak aku akan suruh tukung pukul untuk meghajarmu!” kata Pak Kikir. Nenek itu pun menagis mengeluarkan air mata karena tidak mendapat sedekah tetapi malah diusir secara kasar oleh Pak Kikir. Dia segera meninggalkan rumah Pak Kikir. Melihat kejadian itu putera Pak Kikir merasa sedih. Diam-diam dia mengambil jatah makan siangnya sendiri, lalu dikejarnya nenek itu. Kemudian jatah makan siangnya ia berikan kepada si nenek miskin. “Terima kasih nak, semoga hidupmu kelak akan menjadi mulia.“ kata si nenek tua.

Kutukan Nenek Tua

Setelah si anak muda itu pergi, si nenek melanjutkan perjalanannya. Sampailah dia di sebuah bukit dekat desa, dia berhenti sejenak. Dari atas bukit, dilihatnya rumah milik Pak Kikir ternyata yang paling besar dan megah di desa. Sementara rumah-rumah penduduk di sekelilingnya terlihat kumuh.  Si nenek marah dan berkata, ”Ingat-ingatlah Pak Kikir, keserakahan dan kekikiranmu akan menenggelamkan dirimu sendiri. Tuhan akan menimpakan hukuman kepadamu.” 
Nenek tua lalu menancapkan tongkatnya di tanah, lalu dicabutnya lagi. Dari lubang tancapan tongkatnya memancar air sangat deras. Makin lama banjir air itu makin meluas hingga menuju desa.

Banjir Besar

“Banjir! Banjir!” teriak orang-orang di desa. Mereka panik melihat datangnya air banjir dari atas bukit. 
Anak Pak Kikir segera menganjurkan orang-orang agar segera meninggalkan desa dengan berlari ke atas bukit. 
“Cepatlah tinggalkan desa. Larilah ke atas bukit karena lebih aman.” “Lalu bagaimana dengan sawah dan binatang ternak milik kita?” tanya seorang penduduk desa. “Kalian pilih harta atau jiwa? Sudah tidak ada waktu untuk membawa harta lagi.” kata putra Pak Kikir. 
Anak Pak Kikir yang bijak itu terus berteriak-teriak mengingatkan penduduk desa agar pergi ke atas bukit. Ia juga membujuk ayahnya agar segera keluar rumah. ”Ayah cepat tinggalkan rumah ini, kita harus segera keluar menyelamatkan diri.” kata anak Pak Kikir. ”Apa? Lari begitu saja meninggalkan hartaku? Kamu dasar anak bodoh! Aku harus mengambil peti hartaku yang kusimpan di dalam tanah.” kata Pak Kikir.

Karena sudah tidak ada waktu lagi, anak Pak Kikir segera berlari menyelamatkan diri ke atas bukit. Sementara Pak Kikir masih sibuk mengumpulkan harta bendanya. Akhirnya Pak Kikir tenggelam oleh air banjir karena terlambat menyelamatkan diri. Sebagian besar penduduk desa termasuk putera Pak Kikir selamat. Mereka sedih melihat desanya tenggelam. Kemudian mereka memutuskan untuk mencari daerah baru. Mereka mengangkat anak Pak Kikir sebagai pemimpin desa mereka yang baru.

Asal Mula Cianjur

Putera Pak Kikir lalu membagi tanah di desa baru kepada para penduduk secara adil. Ia juga menganjurkan warganya untuk mengolah tanah dengan baik. Pimpinan desa baru itu mengajari penduduk menanam padi dan bagaimana mengairi sawah secara baik. 
Desa itu kemudian disebut desa Anjuran, karena penduduk desa selalu mematuhi anjuran pemimpinnya. Lama kelamaan desa itu berkembang menjadi kota kecil bernama Cianjur. 
Ci berarti air. 
Cianjur berarti daerah yang cukup mengandung air. 
Anjuran pemimpin desa dijadikan pedoman para petani dalam mengolah sawah. 
Itulah sebabnya mengapa hingga kini beras Cianjur dikenal sangat enak dan gurih. <diambil dari caritasato.blogspot.com>

Colombia

play and listen

NEW STOCK:

COLOMBIA SUPREMO
Origin: Colombia
Process: Washed
100% arabica coffee  
Elevation: 1300-1800m ASL
Tasting notes: dark chocolate, caramel

Ideal untuk espresso, drip coffee, dan French press, berkat profilnya yang smooth namun kompleks. Colombia Supremo mengacu pada kelas tertinggi biji kopi Colombia, yang diklasifikasikan berdasarkan ukuran biji, bukan varietas atau asalnya. Biji Supremo lebih besar dibandingkan dengan biji varietas Excelso, biasanya berukuran screen 17 atau 18 (6,75-7mm diameter).

Colombia Supremo adalah salah satu kelas kopi yang paling banyak diekspor dari Colombia, dikenal karena konsistensi dan kontrol kualitasnya yang tinggi. Kopi ini berasal dari berbagai daerah penghasil kopi, termasuk Huila, Antioquia, Tolima, dan Coffee Triangle (Caldas, Quindío, Risaralda).

Untuk memudahkan mengingat jenis kopi yang kamu sukai ini, TGC mengelompokkan-nya kedalam karakter VIDESHA – dalam bahasa sansekerta विदेश berarti “luar negeri” atau “negara lain”.
TGC mem-visual-kan karakter kopi ini dengan sebuah jam antik. Jam ini jarumnya tidak bergerak, inspirasi untuk tagline TGC:
“time stops in a cup of coffee, so enjoy!” serasa waktu berhenti saat menikmati secangkir kopi TGC

Di TGC, kami percaya bahwa kopi bukan sekadar rasa — tapi juga perasaan. Dengan begitu banyak kopi langka dari seluruh dunia, kami menciptakan “karakter” untuk membantu kamu mengingat cita rasa dan jiwa dari masing-masing kopi.

Sama seperti tokoh favoritmu dalam buku atau film, kamu akan terus kembali pada karakter yang paling menyentuh hatimu.
Jadi… udah ketemu kopi favoritmu?

Kamu yang menyukai kopi ini mungkin juga akan menyukai : Los Arados, Valle del Cauca, Pink Bourbon

Kopi TGC Colombia terdaftar di BPOM
Shop online kopi Colombia klik di sini
Diproduksi oleh PT Kopi TGC Indonesia
Kopi TGC adalah coffee roastery yang telah berdiri sejak 2014

____________

SOLD OUT

CASTILLO
LIMITED Stock. 15kg only
Origin: Caicedonia, Colombia
Process: Washed with extended fermentation 48hours
100% arabica coffee  
Variety: Caturra & Castillo
Altitude: 1450-1750m ASL
Tasting notes: orange blossom, papaya, hazelnut, caramel
Picking selective recollection of ripe cherries in farm Manantiales Del Frontino

Origin: Sierra, Nevada, Colombia
Prosess: NATURAL
100% arabica coffee
Variety: Typica, Caturra 
Elevation: 1950m ASL
Tasting notes: fruity aroma, medium body & acidity

TABI
LIMITED Stock. 1kg only
Origin: Caicedonia, Colombia
Process: Washed with extended fermentation 48hours
100% arabica coffee, specialty grade  
Variety: Tabi
Elevation: 1680-1750m ASL
Tasting notes: orange peel, hint of ginger, guava, maple syrup, medium acidity
Picking selective recolection of ripe cherries in farm Manantiales Del Frontino

Origin: Antioquia, Colombia
Process: NATURAL
100% arabica coffee
Variety: Caturra
Altitude: 1800-2100m ASL
Harvested April and June 2021
Tasting notes: grape, chocolate.
– intense sweetness of grape, followed with pronounced malic acid
– hint of lime
– chocolate bitterness

Daerah Antioquia beruntung bisa panen dua kali setahun. Panen utama antara bulan November dan Februari, dimana 60% produksi tahunan terkumpul, dan 40% sisanya dipanen antara April dan Juni. Micro lot ini telah disortir dengan tangan sebelum dikirimkan ke tempat processing. Untuk lot Natural 150, buah kopi (cherry) dimasukkan dalam keranjang 200kg di isi dengan air dan di tutup dengan C02 untuk menghilangkan kadar oksigen. Di sini, cherry disimpan selama 168 hingga 192 jam, tergantung dari temperatur sekitar untuk fermentasi; mirip dengan carbonic maceration pada wine. Setelah selesai, biji kopi tidak matang yang mengapung di singkirkan dan keranjang kopi tadi di tiriskan. Kemudian buah kopi yang terpilih dibawa ke teras penjemuran untuk dikeringkan. Disini, buah kopi di bolak-balik secara berkala hingga mencapai kadar kelembaban yang optimal. Setelah kering, biji kopi dipisahkan dari buahnya hingga siap di expor.

The region of Antioquia is fortunate to receive two harvests each year. The primary harvest in the region is between November and February, where 60% of the annual production is collected, with the remaining 40% harvested crop between April and June. This micro lot has been selectively handpicked, before being delivered to the mill for processing. For the Natural 150 lot, the coffee cherry is placed into 200kg baskets filled with water and sealed using C02 to remove any oxygen. Here, the cherries will remain for between 168 to 192 hours, depending on the atmospheric temperatures, to ferment; similar to carbonic maceration in wine. Once complete, the underripe floaters are removed and the baskets drained. Next, the approved coffee fruit is taken to patios to be dried. Here, the cherries are regularly turned until they reach optimal humidity. Once dry, the coffee is milled to remove the cherry, ready for export

Gayo Catura

Origin: Gayo, Sumatra
100% arabica coffee
Elevation: 1450m ASL
Variety: Caturra
Tasting notes: hints of pinapple, bing cherry, lychee, raspberry, dried plum, berries caramel, blood orange
Process: Semi wash, wet hulled

Kopi Gayo adalah hasil kopi yang didapat dari pohon yang tumbuh di daerah dataran tinggi Gayo Sumatra, Indonesia.
Secara administratif Dataran Tinggi Gayo meliputi wilayah Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Gayo Lues. Tiga kota utamanya yaitu Takengon, Simpang Tiga Redelong dan Blang Kejeren.
Aceh yang terletak di ujung utara pulau Sumatera dan memiliki beragam jenis keunikan, mulai dari budaya, adat istiadat, kuliner khas, bentangan alam yang indah hingga hal unik lainnya. Tak hanya itu, Aceh dikenal juga sebagai salah satu sentral produksi kopi arabika terbesar tak hanya di Indonesia, namun juga di Asia dengan kualitas kopinya yang baik di level dunia. Kopinya yang lebih dikenal dengan sebutan Kopi “Gayo” karena karakteristik aroma dan rasa kopinya yang khas.