Ethiopia

LIMU SADI
100% arabica coffee
Origin: Limu Sadi, Western Ethiopia
Altitude: 1400-2100m ASL
Process: Washed
Variety: Heirloom
Notes: orange acidity, juicy mouthfeel, milk chocolate

Tersembunyi di tengah perbukitan bergelombang di bagian barat Ethiopia, tempat kabut pagi menyelimuti hutan dan kicauan burung menggema di udara yang sejuk dan lembap, terdapat sebuah wilayah subur dan tenang yang menghasilkan salah satu kopi paling luar biasa, meski jarang dikenal, di negeri ini.
Berbeda dengan nama-nama yang lebih populer seperti Yirgacheffe atau Sidama, Limu Sadi tetap menjadi rahasia yang terjaga, dikenal terutama oleh mereka yang pernah menapaki tanah merahnya dan mencicipi hasil panennya yang juicy dan sarat rasa buah. Di sini, pohon kopi tumbuh subur di bawah naungan pohon-pohon asli seperti eukaliptus, akasia, dan enset, yang semuanya diperkaya oleh tanah vulkanik yang subur dan hujan yang lembut.
Para petani kecil, yang biasanya mengelola kebun warisan keluarga turun-temurun, masih memetik kopi secara manual. Pendekatan mereka sangat teliti: hanya buah ceri merah yang benar-benar matang yang dipanen, sering kali dalam beberapa kali pengambilan. Buah-buah ini kemudian dibawa ke stasiun pencucian lokal, tempat mereka dicuci menggunakan air mata air pegunungan, difermentasi secara alami, dan dikeringkan di bawah sinar matahari di atas rak-rak pengeringan.
Namun yang benar-benar membedakan Limu Sadi adalah profil rasanya — perpaduan yang hidup namun seimbang antara keasaman seperti jeruk, tekstur juicy, aroma floral, dan nuansa manis seperti cokelat susu. Setiap tegukan tidak hanya menangkap kekayaan terroir-nya, tetapi juga ritme kehidupan yang lambat dan penuh makna; dimana kopi bukan sekadar tanaman, tetapi bagian hidup dari budaya, upacara, dan keterhubungan antar manusia.

Penduduk Limu Sadi
Limu Sadi lies within the broader Limu district of Jimma Zone, in Ethiopia’s Oromia Region — a lush, green highland where life moves with the rhythm of the land. The people here are predominantly Oromo, Ethiopia’s largest ethnic group, with deep-rooted traditions of hospitality, farming, and connection to nature.
Coffee is more than a crop — it’s woven into daily life, language, and ceremony. In most homes, the day begins with the bunna ceremony: green coffee roasted over charcoal, ground by hand, and brewed in a clay pot called a jebena. It’s a ritual of community — a moment to gather, talk, and reflect.
The farmers of Limu Sadi often manage small, family-owned plots, sometimes less than a hectare in size. These farms are shaded by native trees like enset (false banana), acacia, and eucalyptus, and interplanted with food crops like maize, beans, and taro — forming biodiverse agroforestry systems. The coffee trees, mostly heirloom varieties, are handed down through generations, pruned and cared for with intimate knowledge of the land.
Despite limited infrastructure, farmers are resourceful. Many walk for hours to deliver ripe cherries to washing stations, often run as community cooperatives. Some stations, like those in Limu Sadi, are gaining recognition for producing high-quality washed coffees — clean, bright, and sweet.
There’s a quiet pride in the work. In Limu Sadi, to grow coffee is to steward the forest, to honor ancestors, and to shape the future — one harvest at a time

______________________________________

ETHIOPIA GEDIYO
100% arabica coffee
Origin: Yirgacheffe Gediyo, Ethiopia
Altitude: 1.999m ASL
Process: Washed
Variety: JARC 74110, 74112, 74165
Notes: Stone fruits, berries, melon, milk chocolate, green tea

Selama bertahun-tahun, kopi Ethiopia—salah satu yang terbaik di dunia—sebagian besar tidak dapat ditelusuri asal-usulnya.

Kopi merupakan tanaman keluarga—ditanam oleh rumah tangga di kebun kecil di wilayah ini. Para petani menanam pohon kopi di sekitar rumah mereka, dan kopi menjadi sumber pendapatan utama. Umumnya, mereka juga menanam enset (pisang Ethiopia), selain alpukat dan pepaya, untuk menyediakan sumber pangan tambahan bagi keluarga. Kompos dikumpulkan dan ditempatkan di tanah untuk menjaga kesuburan. Petani di Ethiopia sangat tekun dalam menerapkan metode pertanian organik. Mereka dikenal sebagai ‘organik pasif’, artinya kopi yang dihasilkan 100% organik, namun tidak bersertifikat karena biaya sertifikasi yang tinggi. Para petani ini juga mengandalkan metode alami untuk mencegah penyebaran hama dan penyakit karena keterbatasan akses terhadap bahan kimia pertanian.
Untuk menciptakan iklim yang ideal bagi pertumbuhan kopi, pohon peneduh ditanam, yang juga turut meningkatkan kesehatan ekosistem secara keseluruhan. Pemangkasan juga merupakan komponen penting bagi para petani ini, di mana bagian atas pohon dipotong dan cabang-cabang bawah dihilangkan untuk memengaruhi produksi buah ceri kopi dan menjaga kesehatan pohon.
Setelah setiap petani mengumpulkan hasil panen buah ceri kopi mereka, ceri-ceri tersebut dikirim dengan hati-hati ke stasiun pencucian. Penggilingan biasanya berjarak sekitar 8 km dari setiap petani, yang mengharuskan mereka menempuh perjalanan dengan keledai atau sepeda motor. Buah ceri kopi kemudian disortir secara manual untuk memisahkan buah yang masih hijau dan yang terlalu matang. Setelah disortir, ceri-ceri tersebut dipipil untuk menghilangkan kulit buah bagian luar.
Biji kopi yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam tangki beton berisi air untuk memulai proses fermentasi. Proses ini berlangsung selama 48 hingga 72 jam dan membantu memecah lendir lengket yang menempel pada biji kopi—ini adalah proses yang memakan waktu dan bisa berlangsung hingga dua jam. Setelah fermentasi selesai, kopi dialirkan melalui saluran air lain untuk menghilangkan sisa lendir.
Selanjutnya, kopi dikeringkan di atas para-para (raised beds) yang terkena sinar matahari langsung. Kadar kelembapan terus dipantau selama fase ini, dan biji kopi secara rutin dibalik atau digerakkan untuk mencegah pertumbuhan jamur. Begitu kadar kelembapan yang diinginkan tercapai, kopi dikumpulkan dan dikirim ke pabrik pengolahan di Addis Ababa menggunakan truk.
Proses penggilingan dilakukan dengan sangat hati-hati, dimulai dari pra-pembersihan untuk menghilangkan benda asing, dan dilanjutkan dengan penggunaan mesin destoner untuk memisahkan batu kecil yang mungkin terbawa bersama biji kopi. Mesin polisher digunakan untuk mengelupas kulit perak (silver skin) dari permukaan biji kopi. Mesin grader memisahkan kopi berdasarkan ukuran saringan, dan mesin gravity separator memisahkan biji kopi ringan yang mungkin cacat. Mesin penyortir warna (color sorter) memastikan biji kopi yang berwarna tidak sesuai juga disingkirkan. Inspeksi akhir dilakukan secara manual oleh manusia untuk memastikan kualitas kopi telah tercapai.

SOLD OUT

Ethiopia Mocca
100% arabica coffee
Origin: Sidama, Ethiopia
Process: Washed
Variety: Heirloom
Notes: Good body, fruity, berries, floral, sweet, lemongrass

_______

Untuk memudahkan mengingat jenis kopi yang kamu sukai ini, TGC mengelompokkan-nya kedalam karakter VIDESHA – dalam bahasa sansekerta विदेश berarti “luar negeri” atau “negara lain”.
TGC mem-visual-kan karakter kopi ini dengan sebuah jam antik. Jam ini jarumnya tidak bergerak, inspirasi untuk tagline TGC:
“time stops in a cup of coffee, so enjoy!” serasa waktu berhenti saat menikmati secangkir kopi TGC

Di TGC, kami percaya bahwa kopi bukan sekadar rasa — tapi juga perasaan. Dengan begitu banyak kopi langka dari seluruh dunia, kami menciptakan “karakter” untuk membantu kamu mengingat cita rasa dan jiwa dari masing-masing kopi.

Sama seperti tokoh favoritmu dalam buku atau film, kamu akan terus kembali pada karakter yang paling menyentuh hatimu.
Jadi… udah ketemu kopi favoritmu?

Kamu yang menyukai kopi ini mungkin juga akan menyukai : Los Arados, Valle del Cauca, Pink Bourbon

Kopi TGC Colombia terdaftar di BPOM
Diproduksi oleh PT Kopi TGC Indonesia
Kopi TGC adalah coffee roastery yang telah berdiri sejak 2014

Tinggalkan komentar